Medan - (Media Buruh Indonesia)
Kamis 9 Nov 2023 Hari buruh atau may day yang lebih di kenal secara internasional, diperingati setiap tanggal 1 mei. Awal mula hari buruh di peringati adalah akibat representasi dari revolusi industri.Pada saat itu sejumlah buruh melakukan demonstrasi besar-besaran menuntut diberlakukannya 8 jam sehari serta kenaikan upah yang layak, pada saat itu hari buruh diperingati setiap tanggal 1 mei di seluruh dunia.
Hari buruh menjadi sebuah momentum buat buruh menyuarakan keluh kesah serta tuntutan-tuntutanya ke pemerintah,maupun ke perusahaan. Tuntutan itu tidak selalu jauh dari kesejahteraan buruh sendiri, bagaimana supaya perusahaan dalam memberlakukan buruh secara adil dan manusiawi.Sejarah buruh di Indonesia berbeda dengan sejarah buruh Dunia, dalam memperjuangkan hak mereka. Di Indonesia pada orde baru peringatan hari buruh sempat dilarang,dan kemudian pada tahun 2014 di masa kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono,hari buruh ditetapkan menjadi hari libur nasional.
Digitalisasi memang bukan sebuah ancaman namun yang menjadi ancaman adalah kebodohan. Cara yang paling sederhananya adalah pekerja harus mampu melakukan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh robot ataupun yang dilakukan oleh mesin. Sekarang bukan saatnya lagi kita apatis terhadap digitalisasi
Revolusi industri membuka keran peluang bisnis seluas luasnya buat kita. Kita harus mampu membentuk soft skils, berpikir kreatif serta berpikir kritis. Dan mampu membangun sector sector lapangan pekerjaan yang dapat menampung masyarakat terutama buruh. Cara untuk menghadapi revolusi industry adalah mudah beradaptasi serta harus kreatif. Supaya kita tidak hanya menjadi penonton ataupun menjadi korban dari perkembangan zaman yang semakin pesat.Disamping sejarah dan tantangan buat kaum buruh di Indonesia di satu sisi pemodal juga kadang mejadi musuh dari buruh dimana pemodal kebanyakan selalu memikirkan untung saja tidak memikirkan buruh yang telah bekerja untuk mereka. Musuh buruh Indonesia bukanlah buruh yang beda kulit serta beda ras namun musuh buruh adalah
kapitalisme yang merajalela serta memonopoli perdangangan tanpa memikirkan masyarakat yang berada di sekelilingnya. Karena sejauh ini tuntutan buruh Indonesia selalu bermuara pada system perusahaan yang secara eksplisit merugikan buruh itu sendiri, karena pergerakan buruh muncul adalah antithesis kebijakan perusahaan yang merugikan buruh dan menggangap kebijakan tersebut tidak manusiawiSetelah itu kita juga sangat mengharapkan campur tangan pemerintah untuk lebih serius dalam menangani permasalahan permasalahan yang dihadapi buruh sekarang dan kedepannya. Buruh mengharapkan pemerintah benar benar mewakili suara masyarakat dalam perumusan kebijakan yang mengatur hubungan antara pemodal dengan buruh. Supaya keadilan serta kesejahteraan itu di dapatkan semua buruh. Buruh juga sangat mengharapkan keseriusan pemerintah dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia terutama digitalisasi dalam menghadapi perkembanga zaman.
Pemerintah harus mampu menjadi garda terdepan mewujudkan kesejahteraan buruh dan mampu menjadi jawaban buat buruh. (Tijarinafi)